Tarif Cukai Naik Tiap Tahun, Sumbangan ke APBN Justru Turun
Yuliyanna Fauzi, CNN Indonesia
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan hasil upaya pencegahan penyelundupan barang ilegal di Terminal Petikemas Kalibaru,Tanjung Priok, Selasa (13/9). (CNN Indonesia/Safyra Primadhyta)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kendati tarif cukai naik hampir setiap tahun, tetapi kontribusinya terhadap penerimaan negara justru berkurang. Hal ini bertolak belakang dengan semangat Kementerian Keuangan untuk menggenjot pendapatan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai kontribusi cukai terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sampai saat ini masih cukup signifikan, yakni berkisar 10-12 persen. Namun, trennya terus menurun sejalan dengan perhatian pemerintah yang semakin besar terhadap kesehatan masayrakat.
"Untuk tahun 2014 kontribusi cukai terhadap APBN adalah sebesar 12,29 persen, tahun 2015 sebesar 11,68 persen, dan tahun 2016 sebesar 11,72 persen. Walau berkontribusi cukup besar, namun angka dan peranannya menunjukkan penurunan yang berarti," jelas Sri Mulyani dalam jumpa pers di kantor pusat Direktorat Jenderal bea dan Cukai, Jumat (30/9).
Tahun depan, kata Sri Mulyani, pemerintah menargetkan setoran cukai sebesar Rp149,8 Triliun, yang merupakan 10,01 persen dari total penerimaan perpajakan 2017.
"Walaupun ada sedikit penurunan, namun kontribusinya masih cukup signifikan. Artinya, pemerintah dan masyarakat harus bersama-sama mengamankan kebijakan cukai. Karena apabila meleset, akan langsung berkaitan dengan APBN yang pada akhirnya akan mempengaruhi pembangunan nasional,” tegasnya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai kontribusi cukai terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sampai saat ini masih cukup signifikan, yakni berkisar 10-12 persen. Namun, trennya terus menurun sejalan dengan perhatian pemerintah yang semakin besar terhadap kesehatan masayrakat.
"Untuk tahun 2014 kontribusi cukai terhadap APBN adalah sebesar 12,29 persen, tahun 2015 sebesar 11,68 persen, dan tahun 2016 sebesar 11,72 persen. Walau berkontribusi cukup besar, namun angka dan peranannya menunjukkan penurunan yang berarti," jelas Sri Mulyani dalam jumpa pers di kantor pusat Direktorat Jenderal bea dan Cukai, Jumat (30/9).
Tahun depan, kata Sri Mulyani, pemerintah menargetkan setoran cukai sebesar Rp149,8 Triliun, yang merupakan 10,01 persen dari total penerimaan perpajakan 2017.
"Walaupun ada sedikit penurunan, namun kontribusinya masih cukup signifikan. Artinya, pemerintah dan masyarakat harus bersama-sama mengamankan kebijakan cukai. Karena apabila meleset, akan langsung berkaitan dengan APBN yang pada akhirnya akan mempengaruhi pembangunan nasional,” tegasnya.
Dalam rangka pengamanan di bidang cukai, lanjut Sri Mulyani, bukan hanya kenaikan tarif yang dijadikan andalan pemerintah. Namun, tindakan pengawasan juga ditingkatkan, khususnya terkait dengan peredaran objek kena cukai ilegal, seperti rokok dan minuman keras.
Terkait hal ini, Menkeu menyoroti soal peredaran mesin pembuat rokok ilegal. Berdasarkan data intelijen dan hasil survei Kementerian Keuangan, katanya, pelanggaran yang paling besar terkait peredaran barang ilegal adalah rokok sigaret kretek mesin (SKM).
"Untuk menjamin efektivitas dan juga menghasilkan outcome yang diharapkan, (Ditjen) Bea Cukai akan melakukan pendataan mesin pembuat rokok bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, dan instansi lainnya," tuturnya.
Terkait hal ini, Menkeu menyoroti soal peredaran mesin pembuat rokok ilegal. Berdasarkan data intelijen dan hasil survei Kementerian Keuangan, katanya, pelanggaran yang paling besar terkait peredaran barang ilegal adalah rokok sigaret kretek mesin (SKM).
"Untuk menjamin efektivitas dan juga menghasilkan outcome yang diharapkan, (Ditjen) Bea Cukai akan melakukan pendataan mesin pembuat rokok bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, dan instansi lainnya," tuturnya.
Dalam keterangan resminya, Direktorat bea dan Cukai (DJBC) baru-baru ini berhasil mengamankan 11,26 juta batang rokok ilegal dan satu buah mesin pembuat rokok merek Shenzen berkapasitas produksi 1.500 batang rokok per menit di Jakarta dan Klaten, Jawa Tengah. (ags/gen)
No comments: